"USAHA YANG SAYA MULAKAN INI TIADA DIBERIKAN SEBARANG NAMA, SEKIRANYA SAYA NAK LETAK NAMA BAGI USAHA INI, SAYA TAK NAMAKAN 'TABLIGH', TETAPI SAYA NAMAKAN IA 'TAHRIKUL IMAN' IAITU USAHA ATAU GERAKAN ATAS IMAN" ( MAULANA ILYAS RAH.)
Injil Digugat Karena Hilangnya Nubuatan Bagi “Rasul Yang Akan Datang”? Seluruh isi Kitab Perjanjian Lama telah dijuruskan kepada kedatangan seorang Nabi yang dijuluki Sang Mesias (Al-Masih). Dan itu adalah janji Allah kepada umat Israel lewat begitu banyak nubuatan Alkitab. Ketika Yesus datang, Ia mengklaim bahwa Dialah Sang Mesias yang dunubuatkan itu. Dan Dia membuktikan apa yang diklaim olehNya. Disamping datang untuk memenuhi nubuat, Yesus-pun sempat menubuat bahwa Ia akan mengutus Penghibur, yaitu Roh Kebenaran, yang akan memimpin umatNya kedalam seluruh kebenaran, serta yang akan memberitakan tentang hal-hal yang akan datang kepada mereka. Jadi Alkitab memperlihatkan ada dua jenis nubuat bagi 2 sosok keilahian yang dinanti-nantikan : a) Nubuat para nabi Perjanjian Lama (PL, termasuk Taurat) tentangakan datangnya Sang Mesias. Ini digenapi oleh Firman Allah (Anak Allah) yang turun berinkarnasi menjadi manusia Yesus. b) Nubuat Yesus (dalam Injil) tentang akan datangnya Roh Kebenaran (Roh Kudus) yang akan memenuhi/ ”membaptiskan” semua murid- muridNya di Yerusalem (Yoh. 16:7-15; Kis. 1:4; Luk. 24:48). Tetapi sungguh aneh bahwa 600 tahun kemudian Quran dan Muhammad datang dengan mengklaim kemesiasan/ kerasulan agung ini pula bagi diri AHMAD yang maksudnya adalah Muhammad sendiri : ”Dan (ingatlah) ketika Isa putera Maryam berkata,” Hai Bani Israel, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad”. ”...(pengikut) Rasul, Nabi yang ummi yang namanya mereka dapati tertulis didalam Taurat dan Injil yang ada disisi mereka...(QS 61:6, dan 7:157). Dalam hal ini, Quran tampaknya menyama-rata-kan nubuat Alkitab untuk dua sosok yang saling berlainan menjadi satu sosok yang sama, yaitu Muhammad sendiri! Dua sosok yang sebenarnya bersifat Ilahi itu juga ditetapkan lain, menjadi satu manusia! Alangkah beraninya sipembawa wahyu ini ”meluruskan” nubuat Alkitab dan Yesus yang tak pernah meleset itu! Sejak kapankah Jibril atau Muhammad mempunyai reputasi dalam bernubuat? Bukankah Quran mengakui keistimewaan Isa Al-Masih dalam pengetahuan akan hal-hal yang ghaib (surat 3:49), dimana Muhammad
serentak mengakui pula akan ketidak berdayaannya untuk mengetahui hal- hal yang ghaib? Sekalipun dengan pergeseran dan perubahan yang teramat berani ini, tetaplah ”kemesiasan AHMAD” tidak tercari dalam seluruh Taurat dan Injil. Tetapi pihak Muslim segera masuk dalam design Jibril, yaitu dengan jalan pintas meletakkan tuduhan bahwa para pastor dan antek-anteknya telah menghilangkan nama ”Ahmad” dari Taurat dan Injil yang seharusnya ada ternubuat didalamnya. Pihak-pihak yang tidak tahu menahu dan yang tidak dikuasai oleh pra- asumsi pasti prihatin atas tuduhan yang naif dan sepihak ini. Mari kita perhatikan beberapa detail dan liku-liku ayat diatas dengan lebih seksama agar tidak sembarangan menuduh atau kelak malah menjadi tertuduh. Pertama-tama, kita perlu mengingatkan bahwa suatu klaim adalah pernyataan kebenaran sepihak yang belum/tanpa bukti terhadap sesuatu. Dan kalau itu menyangkut diri sendiri itu namanya kesaksian diri. Suatu nubuat lebih berliku, dan akan kita bahas sambil membedakan nubuat Alkitab terhadap Quran seperti dibawah ini. (1). Kesaksian tentang diri sendiri—sekalipun ia nabi—tidak otomatis menjadi absah. ”Nubuat” nama AHMAD—walau mengatas namakan Isa (dan Allah dan Jibril)— itu tetap keluar dari mulut Muhammad sendiri yang rupa-rupanya ingin memperebutkan pengakuan akan kenabian- nya sendiri yang belum pernah disahkan oleh siapapun, sehingga ”nubuat pinjam mulut” orang lain itu tetap bersifat KLAIM pribadi Muhammad. Dan karenanya keabsahannya menurut hukum Allah harus disaksikan oleh pihak-pihak lain. Yesus berkata: ”Kalau Aku bersaksi tentang diriKu sendiri, maka kesaksianKu itu tidak benar; ada yang lain yang bersaksi tentang Aku” (Yoh 5:31-32). Sayang bahwa Muhammad yang mengatas namakan nubuat Isa, namun tidak menghadirkan Isa atau siapa-lainnya sebagai saksinya, sehingga keabsahan AHMAD sungguh kosong dan belum tersokong. Sebaliknya, ketika Yesus berkata, ”Musa telah menulis tentang Aku” (Yoh 5:46), Yesus dengan otoritasNya sungguh mendatangkan Musa dan Elia untuk berbincang-bincang dengan Dia diatas sebuah gunung. Dan ini disaksikan lagi oleh 3 orang muridNya (Luk. 9:28-36). (2). Nubuat harus mengungkapkan ciri-ciri dan keterangan tentang yang dinubuatkan. Amat banyak nubuat yang disampaikan Tuhan Alkitab kepada manusia dengan beberapa maksud: a) untuk memperlihatkan betapa Maha-Tahu Allah akan masa depan dan karenanya bisa diandalkan; b) betapa kuasaNya dalam mengontrol sejarah kehidupan; c) agar manusia dapat menemukan Tuhan yang benar lewat nubuat yang bisa dicari dan diverifikasi oleh manusia. Jadi nubuat Allah sebenarnya tidak cukup berisikan sekedar satu nama sebutan manusia tanpa ciri kuat yang memadai untuk menemukannya ”Ummi” (buta hurufnya Muhammad) sempat didalilkan sebagai ciri, tetapi tentu bukan ciri yang berarti jikalau mayoritas komunitasnya
sendiri justru ummi. Ciri yang diajukan ”Allah SWT” ini justru terkesan ”kehabisan ciri”! Bandingkan dengan ciri Isa-Almasih yang dilahirkan oleh seorang perawan! Bagaimanapun ”nubuat” AHMAD dimaksudkan untuk menjadi ”kabar gembira” bagi seluruh bangsa, maka tidak ada alasan sama sekali bagi Allah untuk tidak mempersiapkan ciri-kuat sehingga mempersulit pencaharian sosok Ahmad dalam kitabNya. Namun kenyataan berbicara lain: Ahmad yang tidak diberi ciri-ciri dan keterangan memadai (sehingga tidak tercari dalam Taurat dan Injil), kini menjadi misteri dan tuduhan kanan-kiri yang mendatangkan ”kabar TIDAK gembira”. (3). Nubuatan kedatangan Sang Mesias /Rasul harus dialamatkan kepada umatNya pertama-tama, tidak cross country. Kedatangan Sang Mesias atau Nabi yang Terbesar adalah event puncak rencana Allah bagi penyelamatan manusia dan karenanya peristiwa ini tidak bisa dan tidak akan nyelonong diam-diam masuk dalam sejarah begitu saja (Amos 3:7; Yes 42:9; 48:3,5). Itu adalah sebuah Injil-- Kabar Baik (istilah Quran, Kabar Gembira) bagi segenap alam. Kedatang- anNya akan diberitahukan terlebih dahulu agar umatNya menanti, bersyukur dan siap-siap menyambut Kabar BaikNya. Itu yang terjadi dengan Umat Israel , yang berharap dan siap-siap dalam penantian mereka. Itu sebabnya seluruh orang Israel menantikan kedatangan Al- Masih yang dimaksud. Sampai-sampai seorang perempuan pezinah Samaria juga menantikan Sang Mesias ini dan berkata : ”Aku tahu, bahwa Mesias akan datang...apabila Ia datang ,Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami” (Yoh.4:25). Hana, seorang nabi perempuan juga telah berbicara dengan penanti-penanti Mesias : “(Hana) berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.” (Luk 2:38). Bahkan nubuat khusus Yesus tentang Roh Kudus juga sudah ditunggu-tunggu oleh murid-muridNya di Yerusalem. Maka tidak ada keraguan bahwa “kabar-gembira” tentang datangnya Rasul Ahmad tentu harus ditujukan utamanya kepada “Umat dari kaum Ahmad itu pula. Namun adakah tercatat bahwa bangsa Arab pernah siap-siap menantikan kedatangan seorang Rasul Agung yang akan membawa kabar gembira seperti yang dimaksudkan Allah? Bila tidak ada, jelas bahwa Allah memang tidak pernah mewahyukan kedatangan AHMAD kepada umat Arab yang seharusnya dipersiapkan untuk menyongsongnya. Jadi jelas sekali ”Ahmad” itu dimunculkan setelah ada fakta, bukan sebelumnya, sehingga terbukti ia itu bukan sebuah nubuat, melainkan klaim pribadi Muhammad memperebutkan pengakuan kenabiannya! Pertanyaan susul menyusul, apakah orang Arab inferior dimata Allah sehingga “kabar-gembira AHMAD” ini tidak dikabarkan kepada mayoritas dan sekaligus tuan-rumah, melainkan hanya eksklusif diperuntukkan kepada minoritas orang Yahudi? DAN kenapa harus
lewat mulut Isa yang tidak tahu-menahu tentang Arab? Dan tidak menegaskan/ mengkonfirmasi ciri Arabianya, kecuali ummi? Bukankah lebih pas dan relevan bila Allah meminjam mulut Nabi Ibrahim dan Ismael untuk menubuatkan AHMAD ini, misalnya? (semata-mata karena Ibrahim katanya telah berkali-kali pergi ke Mekah menjumpai Ismael, bahkan mendirikan Baitullah disana? Seperti yang dipersiap- kan Allah bagi pematangan sejarah dan sosial-budaya dari anak-cucu Ishak/Yakub ditanah Israel, tentu tidak ada masalah bagi Allah untuk mengatur dan mempersiapkan hal yang sama bagi anak-cucu Ismail, sehingga cukup matang untuk menyambut Kabar-Gembira kedatangan Ahmad menjelang waktunya. (4). Penggenapan nubuat tentang kedatangan Sang Mesias/Rasul harus dikonfirmasi dan di-validasi-kan oleh diriNya, ketika Ia datang. Tidak ada gunanya Allah bersusah payah men-design suatu nubuat besar tentang kedatangan sang Mesias ummi jauh-jauh hari sebelum- nya, apabila ia sendiri tidak mengkonfirmasikan/ mem-validasikan hal tersebut ketika ia betul-betul datang memenuhi nubuatan tersebut. Kepada perempuan Samaria yang sedang menanti-nantikan seorang Mesias, Yesus segera mengkonfirmasikan diriNya :”Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau”. Dan kepada orang-orang Yahudi Ia berkata :”Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepadaKu, sebab ia telah menulis tentang Aku” (Yoh.5:46). Perhatikan betapa konfirmasi yang sudah terdukung dengan nubuat dan mujizat ini, namun Yesus masih merasa perlu mengokohkannya dengan membacakan secara terbuka dihadapan umum terhadap ayat nubuatan yang jelas menunjuk kepada jati diriNya yang mesianis: ”Ia (Yesus) masuk kerumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. KepadaNya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibukaNya, Ia menemu- kan nas dimana ada tertulis: ”Roh Tuhan ada padaKu, oleh sebab Ia telah MENGURAPI Aku (yaitu ”Yang diurapi”, Al-Masih, Mesias), untuk menyampai- kan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan TAHUN RAHMAT TUHAN TELAH DATANG”.Kemudian Ia menutup kitab itu...Lalu Ia memulai mengajar mereka, kataNya :”Pada hari ini GENAPLAH nas ini sewaktu kamu mendengarnya”. (Luk 4 :18-21). Sayang, terwahyu Muhammad hanya sampai melemparkan isyu ”Ahmad” namun tidak menerangkan bagaimana dan dalam hal apa dirinya menggenapi nubuat Isa itu. Bahkan secara tekstual, kitapun sesungguhnya tidak diberi konfirmasi oleh Muhammad: ”Akulah Ahmad”. Tak ada ahli yang tahu kenapa Allah perlu membedakan nama Muhammad menjadi Ahmad, yang sebenarnya sudah sangat mirip dalam arti-kata, bahkan bunyi suku kata terakhirnyapun sudah sama? Mengapa Allah memilih nama Ahmad dan bukan Muhammad yang lebih dikenal, jelas, dan tidak perlu dikaburkan kepada siapa-
siapa selain Muhammad itulah! Ingat bahwa para teroris yang tertangkap atau tertembak mati, karena memiliki banyak nama samaran, masih satu persatu dicocokkan dengan nama utamanya atau DNA-nya. Tidak ada jawaban logis Ahmad dimunculkan atas nama Muhammad; dan tentu saja hal demikian turut melorotkan bobot ketepatan nubuatan yang ditujukan untuk Muhammad. Sebenarnya Muhammad cuma memerlukan selangkah saja untuk mengajak orang-banyak menyaksikan kebenaran teks nama-Ahmad pada Taurat dan Injil yang ada disisi mereka (Qs 7:157), yaitu dengan memerintahkan seperti yang pernah dilakukannya,”...maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah...”(QS 3:93). Apalagi dikisahkan bahwa pada setiap bulan Ramadhan Jibril datang mengunjungi Muhammad untuk me-review setiap ayat dan surat yang terturun, serta menetapkan susunan yang seharusnya. Kenapa Muhammad lolos me- review ayat ”AHMAD” yang begitu penting itu (bagi pembuktian kenabiannya) dengan menanyakan apa bunyi ayat Taurat dan Injil yang mencantumkan namanya, dan ada d Kitab mana, agar ia bisa mengaji-kannya ulang dalam Quran (atau paling tidak sebagai Hadis Nabi) yang mengkonfirmasikan Taurat / Injil? Namun sulit dimengerti kenapa Allah mengokohkan pembuktian Yesus (dengan melantunkan Kitab Yesaya dimuka umum), namun membiarkan Muhammad me- lewatkan begitu saja peluang emas (dan sekaligus tanggung jawab- nya) untuk membuktikan kepada umum bahwa ayat AHMAD—nama dirinya sendiri—itu benar-benar terdapat dalam Taurat dan Injil. Dengan pernahnya ke-mesias-an Yesus itu dikokohkan oleh Allah, maka sepantasnya Allah makin ”berpengalaman” untuk lebih mengokohkan pembuktian nama AHMAD! Tetapi faktanya tidak!
(5). Nubuat kedatangan Sang Mesias /Rasul Terbesar haruslah disambut oleh banyak nabi, dan digenapi secara definitif. Sebenarnya inilah kriteria yang paling tajam untuk menemukan Mesias/Rasul yang sejati. KedatanganNya sebagai ”Nabi segala Nabi” yang membawa Kabar Baik bagi segenap alam harus ditandai oleh penantian dan sambutan dari para nabi dan raja dan umatNya. Bilamana hal itu tidak terjadi, bahkan tidak tahu-menahu akan datangnya event luar biasa itu, maka ragulah kita bahwa ia benar Mesias/Rasul yang dinantikan! Yesus menjelaskan betapa para nabi dan raja memang telah menunggu-nunggu untuk menyaksikan kedatangan dan hari-hari Sang Mesias dibumi ini: ”Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hariKu...” (Yoh 8:56). ”Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu (murid-murid Yesus) lihat. Karena aku berkata kepada kamu : Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya...”(Luk 10 :23-24). Tidak sampai disitu, bentuk sambutan lain masih ditambahkan dengan pelbagai nubuatan-mesianis yang digerakkan oleh Allah. Dan ini
menjadi sangat istimewa karena Alkitab mencatat sedikitnya ada 60 nubuatan demikian! Yang semuanya dipenuhi secara definitif oleh Yesus dengan segala ajaibnya. Kita cuplikan disini beberapa saja nubuat mesianis diantara 60 nubuat kolektif tersebut. Cuplikan pertama, terambil dari nubuat Yakub, bahwa Mesias akan datang dari keturunan Yehuda, yaitu salah satu anak Yakub (Kej 49:10). Disini Allah sekaligus menyingkirkan kemungkinan Mesias dilahirkan dari garis keturunan Ismael. Cuplikan kedua, bahwa Mesias adalah keturunan Daud (2Sam 7:12- 14). Kembali ini menyingkirkan darah Ismael. Cuplikan ketiga, bahwa seorang utusan lain akan berdampingan mempersiapkan jalan bagi Mesias. Ia-lah Yohanes Pembaptis (Mal 3:1; Yes 40:3). Dengan nubuat ini nabi yang datang secara solo (sendirian), telah disingkirkan dari sosok Mesias. Cuplikan keempat, bahwa Mesias akan dilahirkan dikota Betlehem (Mi 5:1). Ayat inilah yang dicari-cari oleh raja Herodes karena Mesias-bayi itu hendak dibunuhnya (Mat 2:13), karena dikhawatirkan mengancam tahtanya kelak. Dengan nubuat lokasi ini, Allah sekaligus menyingkirkan kemungkinan Mesias dilahirkan dari Mekah, Roma atau Jakarta! Cuplikan kelima, bahwa Mesias dilahirkan dari seorang perempuan perawan! (Yes 7:14) suatu nubuat yang hanya bisa dipenuhi oleh hanya satu orang saja diseluruh sejarah dunia! Dengan demikian, nubuat Taurat yang diklaim dan dicirikan oleh Muhammad kepada seorang Nabi yang ”ummi” (QS 7:157), pasti tertelan oleh kepastian nubuat, sambutan para nabi, dan keajaiban ciri-ciri sosok Sang Mesias yang tidak ada taranya ini! Tanda dan alamatnya hanya bisa dipenuhi Yesus, tidak menyisakan peluang apapun bagi pihak lainnya, sekalipun pihak tersebut tidak malu- malunya mengatas namakan lagi diri Yesus!! Kini, kelalaian dan ketiadaan pembuktian AHMAD dari pihak Muslim sendiri malahan menjadi sumber fitnahan seolah pihak Kristiani dan Yahudi-lah yang menghapuskan kata Ahmad itu dari Kitab-kitab mereka. Kapankah Yahudi bisa bersekongkol dengan Kristen untuk duduk semeja mengatur kesepakatan untuk merubah Buku Suci mereka masing-masing dalam menghadapi Islam? Tidakkah teman Muslim tahu bahwa Yahudi justru selalu menyanggah bahkan sampai menganiaya Kristen karena soal Yesus Al-Masih? Dan karenanya, keduanya saling memasang mata agar Kitab-kitab Suci mereka jangan sampai dijahili secuilpun oleh pihak lawannya? Jadi tentu saja penuduhan pihak Islam tentang penjahilan ”Ahmad” itu patut disesalkan, karena Kitab Suci Allah yang sempat dibenarkan oleh Quran berkali-kali itu tidak seharusnya dijadikan ajang penfitnahan yang begitu kotor.
menjadi sangat istimewa karena Alkitab mencatat sedikitnya ada 60 nubuatan demikian! Yang semuanya dipenuhi secara definitif oleh Yesus dengan segala ajaibnya. Kita cuplikan disini beberapa saja nubuat mesianis diantara 60 nubuat kolektif tersebut. Cuplikan pertama, terambil dari nubuat Yakub, bahwa Mesias akan datang dari keturunan Yehuda, yaitu salah satu anak Yakub (Kej 49:10). Disini Allah sekaligus menyingkirkan kemungkinan Mesias dilahirkan dari garis keturunan Ismael. Cuplikan kedua, bahwa Mesias adalah keturunan Daud (2Sam 7:12- 14). Kembali ini menyingkirkan darah Ismael. Cuplikan ketiga, bahwa seorang utusan lain akan berdampingan mempersiapkan jalan bagi Mesias. Ia-lah Yohanes Pembaptis (Mal 3:1; Yes 40:3). Dengan nubuat ini nabi yang datang secara solo (sendirian), telah disingkirkan dari sosok Mesias. Cuplikan keempat, bahwa Mesias akan dilahirkan dikota Betlehem (Mi 5:1). Ayat inilah yang dicari-cari oleh raja Herodes karena Mesias-bayi itu hendak dibunuhnya (Mat 2:13), karena dikhawatirkan mengancam tahtanya kelak. Dengan nubuat lokasi ini, Allah sekaligus menyingkirkan kemungkinan Mesias dilahirkan dari Mekah, Roma atau Jakarta! Cuplikan kelima, bahwa Mesias dilahirkan dari seorang perempuan perawan! (Yes 7:14) suatu nubuat yang hanya bisa dipenuhi oleh hanya satu orang saja diseluruh sejarah dunia! Dengan demikian, nubuat Taurat yang diklaim dan dicirikan oleh Muhammad kepada seorang Nabi yang ”ummi” (QS 7:157), pasti tertelan oleh kepastian nubuat, sambutan para nabi, dan keajaiban ciri-ciri sosok Sang Mesias yang tidak ada taranya ini! Tanda dan alamatnya hanya bisa dipenuhi Yesus, tidak menyisakan peluang apapun bagi pihak lainnya, sekalipun pihak tersebut tidak malu- malunya mengatas namakan lagi diri Yesus!! Kini, kelalaian dan ketiadaan pembuktian AHMAD dari pihak Muslim sendiri malahan menjadi sumber fitnahan seolah pihak Kristiani dan Yahudi-lah yang menghapuskan kata Ahmad itu dari Kitab-kitab mereka. Kapankah Yahudi bisa bersekongkol dengan Kristen untuk duduk semeja mengatur kesepakatan untuk merubah Buku Suci mereka masing-masing dalam menghadapi Islam? Tidakkah teman Muslim tahu bahwa Yahudi justru selalu menyanggah bahkan sampai menganiaya Kristen karena soal Yesus Al-Masih? Dan karenanya, keduanya saling memasang mata agar Kitab-kitab Suci mereka jangan sampai dijahili secuilpun oleh pihak lawannya? Jadi tentu saja penuduhan pihak Islam tentang penjahilan ”Ahmad” itu patut disesalkan, karena Kitab Suci Allah yang sempat dibenarkan oleh Quran berkali-kali itu tidak seharusnya dijadikan ajang penfitnahan yang begitu kotor.
JAZAKALLAH KERANA SUDI ZIARAH DAN BAGI KOMEN, INSYALLAH KALAU ADA KELAPANGAN SAYA AKAN BALAS KOMEN TUAN-TUAN.SILA TINGGALKAN E-MAIL / WEBSITE, INSYALLAH.
Injil Digugat Karena
ReplyDeleteHilangnya Nubuatan Bagi
“Rasul Yang Akan Datang”?
Seluruh isi Kitab Perjanjian Lama telah dijuruskan kepada kedatangan
seorang Nabi yang dijuluki Sang Mesias (Al-Masih). Dan itu adalah janji Allah
kepada umat Israel lewat begitu banyak nubuatan Alkitab. Ketika Yesus
datang, Ia mengklaim bahwa Dialah Sang Mesias yang dunubuatkan itu. Dan
Dia membuktikan apa yang diklaim olehNya. Disamping datang untuk
memenuhi nubuat, Yesus-pun sempat menubuat bahwa Ia akan mengutus
Penghibur, yaitu Roh Kebenaran, yang akan memimpin umatNya kedalam
seluruh kebenaran, serta yang akan memberitakan tentang hal-hal yang
akan datang kepada mereka. Jadi Alkitab memperlihatkan ada dua jenis
nubuat bagi 2 sosok keilahian yang dinanti-nantikan :
a) Nubuat para nabi Perjanjian Lama (PL, termasuk Taurat) tentangakan
datangnya Sang Mesias. Ini digenapi oleh Firman Allah (Anak Allah)
yang turun berinkarnasi menjadi manusia Yesus.
b) Nubuat Yesus (dalam Injil) tentang akan datangnya Roh Kebenaran
(Roh Kudus) yang akan memenuhi/ ”membaptiskan” semua murid-
muridNya di Yerusalem (Yoh. 16:7-15; Kis. 1:4; Luk. 24:48).
Tetapi sungguh aneh bahwa 600 tahun kemudian Quran dan Muhammad
datang dengan mengklaim kemesiasan/ kerasulan agung ini pula bagi diri
AHMAD yang maksudnya adalah Muhammad sendiri :
”Dan (ingatlah) ketika Isa putera Maryam berkata,” Hai Bani Israel,
sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab
(yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan
(datangnya) seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya
Ahmad”.
”...(pengikut) Rasul, Nabi yang ummi yang namanya mereka dapati tertulis
didalam Taurat dan Injil yang ada disisi mereka...(QS 61:6, dan 7:157).
Dalam hal ini, Quran tampaknya menyama-rata-kan nubuat Alkitab untuk
dua sosok yang saling berlainan menjadi satu sosok yang sama, yaitu
Muhammad sendiri! Dua sosok yang sebenarnya bersifat Ilahi itu juga
ditetapkan lain, menjadi satu manusia! Alangkah beraninya sipembawa
wahyu ini ”meluruskan” nubuat Alkitab dan Yesus yang tak pernah meleset
itu! Sejak kapankah Jibril atau Muhammad mempunyai reputasi dalam
bernubuat? Bukankah Quran mengakui keistimewaan Isa Al-Masih dalam
pengetahuan akan hal-hal yang ghaib (surat 3:49), dimana Muhammad
serentak mengakui pula akan ketidak berdayaannya untuk mengetahui hal-
Deletehal yang ghaib?
Sekalipun dengan pergeseran dan perubahan yang teramat berani ini,
tetaplah ”kemesiasan AHMAD” tidak tercari dalam seluruh Taurat dan Injil.
Tetapi pihak Muslim segera masuk dalam design Jibril, yaitu dengan jalan
pintas meletakkan tuduhan bahwa para pastor dan antek-anteknya telah
menghilangkan nama ”Ahmad” dari Taurat dan Injil yang seharusnya ada
ternubuat didalamnya.
Pihak-pihak yang tidak tahu menahu dan yang tidak dikuasai oleh pra-
asumsi pasti prihatin atas tuduhan yang naif dan sepihak ini. Mari kita
perhatikan beberapa detail dan liku-liku ayat diatas dengan lebih seksama
agar tidak sembarangan menuduh atau kelak malah menjadi tertuduh.
Pertama-tama, kita perlu mengingatkan bahwa suatu klaim adalah
pernyataan kebenaran sepihak yang belum/tanpa bukti terhadap sesuatu.
Dan kalau itu menyangkut diri sendiri itu namanya kesaksian diri. Suatu
nubuat lebih berliku, dan akan kita bahas sambil membedakan nubuat
Alkitab terhadap Quran seperti dibawah ini.
(1). Kesaksian tentang diri sendiri—sekalipun ia nabi—tidak otomatis
menjadi absah. ”Nubuat” nama AHMAD—walau mengatas namakan Isa
(dan Allah dan Jibril)— itu tetap keluar dari mulut Muhammad sendiri
yang rupa-rupanya ingin memperebutkan pengakuan akan kenabian-
nya sendiri yang belum pernah disahkan oleh siapapun, sehingga
”nubuat pinjam mulut” orang lain itu tetap bersifat KLAIM pribadi
Muhammad. Dan karenanya keabsahannya menurut hukum Allah
harus disaksikan oleh pihak-pihak lain. Yesus berkata: ”Kalau Aku
bersaksi tentang diriKu sendiri, maka kesaksianKu itu tidak benar; ada
yang lain yang bersaksi tentang Aku” (Yoh 5:31-32). Sayang bahwa
Muhammad yang mengatas namakan nubuat Isa, namun tidak
menghadirkan Isa atau siapa-lainnya sebagai saksinya, sehingga
keabsahan AHMAD sungguh kosong dan belum tersokong. Sebaliknya,
ketika Yesus berkata, ”Musa telah menulis tentang Aku” (Yoh 5:46),
Yesus dengan otoritasNya sungguh mendatangkan Musa dan Elia
untuk berbincang-bincang dengan Dia diatas sebuah gunung. Dan ini
disaksikan lagi oleh 3 orang muridNya (Luk. 9:28-36).
(2). Nubuat harus mengungkapkan ciri-ciri dan keterangan tentang
yang dinubuatkan. Amat banyak nubuat yang disampaikan Tuhan
Alkitab kepada manusia dengan beberapa maksud: a) untuk
memperlihatkan betapa Maha-Tahu Allah akan masa depan dan
karenanya bisa diandalkan; b) betapa kuasaNya dalam mengontrol
sejarah kehidupan; c) agar manusia dapat menemukan Tuhan yang
benar lewat nubuat yang bisa dicari dan diverifikasi oleh manusia.
Jadi nubuat Allah sebenarnya tidak cukup berisikan sekedar satu nama
sebutan manusia tanpa ciri kuat yang memadai untuk menemukannya
”Ummi” (buta hurufnya Muhammad) sempat didalilkan sebagai ciri,
tetapi tentu bukan ciri yang berarti jikalau mayoritas komunitasnya
sendiri justru ummi. Ciri yang diajukan ”Allah SWT” ini justru terkesan
Delete”kehabisan ciri”! Bandingkan dengan ciri Isa-Almasih yang dilahirkan
oleh seorang perawan! Bagaimanapun ”nubuat” AHMAD dimaksudkan
untuk menjadi ”kabar gembira” bagi seluruh bangsa, maka tidak ada
alasan sama sekali bagi Allah untuk tidak mempersiapkan ciri-kuat
sehingga mempersulit pencaharian sosok Ahmad dalam kitabNya.
Namun kenyataan berbicara lain: Ahmad yang tidak diberi ciri-ciri dan
keterangan memadai (sehingga tidak tercari dalam Taurat dan Injil),
kini menjadi misteri dan tuduhan kanan-kiri yang mendatangkan
”kabar TIDAK gembira”.
(3). Nubuatan kedatangan Sang Mesias /Rasul harus dialamatkan
kepada umatNya pertama-tama, tidak cross country. Kedatangan
Sang Mesias atau Nabi yang Terbesar adalah event puncak rencana
Allah bagi penyelamatan manusia dan karenanya peristiwa ini tidak
bisa dan tidak akan nyelonong diam-diam masuk dalam sejarah begitu
saja (Amos 3:7; Yes 42:9; 48:3,5). Itu adalah sebuah Injil-- Kabar
Baik (istilah Quran, Kabar Gembira) bagi segenap alam. Kedatang-
anNya akan diberitahukan terlebih dahulu agar umatNya menanti,
bersyukur dan siap-siap menyambut Kabar BaikNya. Itu yang terjadi
dengan Umat Israel , yang berharap dan siap-siap dalam penantian
mereka. Itu sebabnya seluruh orang Israel menantikan kedatangan Al-
Masih yang dimaksud. Sampai-sampai seorang perempuan pezinah
Samaria juga menantikan Sang Mesias ini dan berkata : ”Aku tahu,
bahwa Mesias akan datang...apabila Ia datang ,Ia akan memberitakan
segala sesuatu kepada kami” (Yoh.4:25). Hana, seorang nabi
perempuan juga telah berbicara dengan penanti-penanti Mesias :
“(Hana) berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang
menantikan kelepasan untuk Yerusalem.” (Luk 2:38). Bahkan nubuat
khusus Yesus tentang Roh Kudus juga sudah ditunggu-tunggu oleh
murid-muridNya di Yerusalem.
Maka tidak ada keraguan bahwa “kabar-gembira” tentang datangnya
Rasul Ahmad tentu harus ditujukan utamanya kepada “Umat dari
kaum Ahmad itu pula. Namun adakah tercatat bahwa bangsa Arab
pernah siap-siap menantikan kedatangan seorang Rasul Agung yang
akan membawa kabar gembira seperti yang dimaksudkan Allah? Bila
tidak ada, jelas bahwa Allah memang tidak pernah mewahyukan
kedatangan AHMAD kepada umat Arab yang seharusnya dipersiapkan
untuk menyongsongnya. Jadi jelas sekali ”Ahmad” itu dimunculkan
setelah ada fakta, bukan sebelumnya, sehingga terbukti ia itu bukan
sebuah nubuat, melainkan klaim pribadi Muhammad memperebutkan
pengakuan kenabiannya!
Pertanyaan susul menyusul, apakah orang Arab inferior dimata Allah
sehingga “kabar-gembira AHMAD” ini tidak dikabarkan kepada
mayoritas dan sekaligus tuan-rumah, melainkan hanya eksklusif
diperuntukkan kepada minoritas orang Yahudi? DAN kenapa harus
lewat mulut Isa yang tidak tahu-menahu tentang Arab? Dan tidak
Deletemenegaskan/ mengkonfirmasi ciri Arabianya, kecuali ummi? Bukankah
lebih pas dan relevan bila Allah meminjam mulut Nabi Ibrahim dan
Ismael untuk menubuatkan AHMAD ini, misalnya? (semata-mata
karena Ibrahim katanya telah berkali-kali pergi ke Mekah menjumpai
Ismael, bahkan mendirikan Baitullah disana? Seperti yang dipersiap-
kan Allah bagi pematangan sejarah dan sosial-budaya dari anak-cucu
Ishak/Yakub ditanah Israel, tentu tidak ada masalah bagi Allah untuk
mengatur dan mempersiapkan hal yang sama bagi anak-cucu Ismail,
sehingga cukup matang untuk menyambut Kabar-Gembira kedatangan
Ahmad menjelang waktunya.
(4). Penggenapan nubuat tentang kedatangan Sang Mesias/Rasul
harus dikonfirmasi dan di-validasi-kan oleh diriNya, ketika Ia datang.
Tidak ada gunanya Allah bersusah payah men-design suatu nubuat
besar tentang kedatangan sang Mesias ummi jauh-jauh hari sebelum-
nya, apabila ia sendiri tidak mengkonfirmasikan/ mem-validasikan hal
tersebut ketika ia betul-betul datang memenuhi nubuatan tersebut.
Kepada perempuan Samaria yang sedang menanti-nantikan seorang
Mesias, Yesus segera mengkonfirmasikan diriNya :”Akulah Dia, yang
sedang berkata-kata dengan engkau”. Dan kepada orang-orang Yahudi
Ia berkata :”Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu
akan percaya juga kepadaKu, sebab ia telah menulis tentang Aku”
(Yoh.5:46). Perhatikan betapa konfirmasi yang sudah terdukung
dengan nubuat dan mujizat ini, namun Yesus masih merasa perlu
mengokohkannya dengan membacakan secara terbuka dihadapan
umum terhadap ayat nubuatan yang jelas menunjuk kepada jati
diriNya yang mesianis:
”Ia (Yesus) masuk kerumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab.
KepadaNya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibukaNya, Ia menemu-
kan nas dimana ada tertulis: ”Roh Tuhan ada padaKu, oleh sebab Ia telah
MENGURAPI Aku (yaitu ”Yang diurapi”, Al-Masih, Mesias), untuk menyampai-
kan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan ia telah mengutus Aku untuk
memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan
bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas,
untuk memberitakan TAHUN RAHMAT TUHAN TELAH DATANG”.Kemudian Ia
menutup kitab itu...Lalu Ia memulai mengajar mereka, kataNya :”Pada hari
ini GENAPLAH nas ini sewaktu kamu mendengarnya”. (Luk 4 :18-21).
Sayang, terwahyu Muhammad hanya sampai melemparkan isyu
”Ahmad” namun tidak menerangkan bagaimana dan dalam hal apa
dirinya menggenapi nubuat Isa itu. Bahkan secara tekstual, kitapun
sesungguhnya tidak diberi konfirmasi oleh Muhammad: ”Akulah
Ahmad”. Tak ada ahli yang tahu kenapa Allah perlu membedakan
nama Muhammad menjadi Ahmad, yang sebenarnya sudah sangat
mirip dalam arti-kata, bahkan bunyi suku kata terakhirnyapun sudah
sama? Mengapa Allah memilih nama Ahmad dan bukan Muhammad
yang lebih dikenal, jelas, dan tidak perlu dikaburkan kepada siapa-
siapa selain Muhammad itulah! Ingat bahwa para teroris yang
Deletetertangkap atau tertembak mati, karena memiliki banyak nama
samaran, masih satu persatu dicocokkan dengan nama utamanya
atau DNA-nya. Tidak ada jawaban logis Ahmad dimunculkan atas
nama Muhammad; dan tentu saja hal demikian turut melorotkan bobot
ketepatan nubuatan yang ditujukan untuk Muhammad.
Sebenarnya Muhammad cuma memerlukan selangkah saja untuk
mengajak orang-banyak menyaksikan kebenaran teks nama-Ahmad
pada Taurat dan Injil yang ada disisi mereka (Qs 7:157), yaitu dengan
memerintahkan seperti yang pernah dilakukannya,”...maka bawalah
Taurat itu, lalu bacalah...”(QS 3:93). Apalagi dikisahkan bahwa
pada setiap bulan Ramadhan Jibril datang mengunjungi Muhammad
untuk me-review setiap ayat dan surat yang terturun, serta
menetapkan susunan yang seharusnya. Kenapa Muhammad lolos me-
review ayat ”AHMAD” yang begitu penting itu (bagi pembuktian
kenabiannya) dengan menanyakan apa bunyi ayat Taurat dan Injil
yang mencantumkan namanya, dan ada d Kitab mana, agar ia bisa
mengaji-kannya ulang dalam Quran (atau paling tidak sebagai Hadis
Nabi) yang mengkonfirmasikan Taurat / Injil? Namun sulit dimengerti
kenapa Allah mengokohkan pembuktian Yesus (dengan melantunkan
Kitab Yesaya dimuka umum), namun membiarkan Muhammad me-
lewatkan begitu saja peluang emas (dan sekaligus tanggung jawab-
nya) untuk membuktikan kepada umum bahwa ayat AHMAD—nama
dirinya sendiri—itu benar-benar terdapat dalam Taurat dan Injil.
Dengan pernahnya ke-mesias-an Yesus itu dikokohkan oleh Allah,
maka sepantasnya Allah makin ”berpengalaman” untuk lebih
mengokohkan pembuktian nama AHMAD! Tetapi faktanya tidak!
(5). Nubuat kedatangan Sang Mesias /Rasul Terbesar haruslah
disambut oleh banyak nabi, dan digenapi secara definitif. Sebenarnya
inilah kriteria yang paling tajam untuk menemukan Mesias/Rasul yang
sejati. KedatanganNya sebagai ”Nabi segala Nabi” yang membawa
Kabar Baik bagi segenap alam harus ditandai oleh penantian dan
sambutan dari para nabi dan raja dan umatNya. Bilamana hal itu tidak
terjadi, bahkan tidak tahu-menahu akan datangnya event luar biasa
itu, maka ragulah kita bahwa ia benar Mesias/Rasul yang dinantikan!
Yesus menjelaskan betapa para nabi dan raja memang telah
menunggu-nunggu untuk menyaksikan kedatangan dan hari-hari Sang
Mesias dibumi ini: ”Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan
melihat hariKu...” (Yoh 8:56).
”Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu (murid-murid
Yesus) lihat. Karena aku berkata kepada kamu : Banyak nabi dan raja
ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya...”(Luk 10
:23-24).
Tidak sampai disitu, bentuk sambutan lain masih ditambahkan dengan
pelbagai nubuatan-mesianis yang digerakkan oleh Allah. Dan ini
menjadi sangat istimewa karena Alkitab mencatat sedikitnya ada 60
Deletenubuatan demikian! Yang semuanya dipenuhi secara definitif oleh
Yesus dengan segala ajaibnya. Kita cuplikan disini beberapa saja
nubuat mesianis diantara 60 nubuat kolektif tersebut.
Cuplikan pertama, terambil dari nubuat Yakub, bahwa Mesias akan
datang dari keturunan Yehuda, yaitu salah satu anak Yakub (Kej
49:10). Disini Allah sekaligus menyingkirkan kemungkinan Mesias
dilahirkan dari garis keturunan Ismael.
Cuplikan kedua, bahwa Mesias adalah keturunan Daud (2Sam 7:12-
14). Kembali ini menyingkirkan darah Ismael.
Cuplikan ketiga, bahwa seorang utusan lain akan berdampingan
mempersiapkan jalan bagi Mesias. Ia-lah Yohanes Pembaptis (Mal 3:1;
Yes 40:3). Dengan nubuat ini nabi yang datang secara solo
(sendirian), telah disingkirkan dari sosok Mesias.
Cuplikan keempat, bahwa Mesias akan dilahirkan dikota Betlehem (Mi
5:1). Ayat inilah yang dicari-cari oleh raja Herodes karena Mesias-bayi
itu hendak dibunuhnya (Mat 2:13), karena dikhawatirkan mengancam
tahtanya kelak. Dengan nubuat lokasi ini, Allah sekaligus
menyingkirkan kemungkinan Mesias dilahirkan dari Mekah, Roma atau
Jakarta!
Cuplikan kelima, bahwa Mesias dilahirkan dari seorang perempuan
perawan! (Yes 7:14) suatu nubuat yang hanya bisa dipenuhi oleh
hanya satu orang saja diseluruh sejarah dunia!
Dengan demikian, nubuat Taurat yang diklaim dan dicirikan oleh
Muhammad kepada seorang Nabi yang ”ummi” (QS 7:157), pasti
tertelan oleh kepastian nubuat, sambutan para nabi, dan keajaiban
ciri-ciri sosok Sang Mesias yang tidak ada taranya ini! Tanda dan
alamatnya hanya bisa dipenuhi Yesus, tidak menyisakan peluang
apapun bagi pihak lainnya, sekalipun pihak tersebut tidak malu-
malunya mengatas namakan lagi diri Yesus!!
Kini, kelalaian dan ketiadaan pembuktian AHMAD dari pihak Muslim
sendiri malahan menjadi sumber fitnahan seolah pihak Kristiani dan
Yahudi-lah yang menghapuskan kata Ahmad itu dari Kitab-kitab
mereka. Kapankah Yahudi bisa bersekongkol dengan Kristen untuk
duduk semeja mengatur kesepakatan untuk merubah Buku Suci
mereka masing-masing dalam menghadapi Islam? Tidakkah teman
Muslim tahu bahwa Yahudi justru selalu menyanggah bahkan sampai
menganiaya Kristen karena soal Yesus Al-Masih? Dan karenanya,
keduanya saling memasang mata agar Kitab-kitab Suci mereka jangan
sampai dijahili secuilpun oleh pihak lawannya? Jadi tentu saja
penuduhan pihak Islam tentang penjahilan ”Ahmad” itu patut
disesalkan, karena Kitab Suci Allah yang sempat dibenarkan oleh
Quran berkali-kali itu tidak seharusnya dijadikan ajang penfitnahan
yang begitu kotor.
menjadi sangat istimewa karena Alkitab mencatat sedikitnya ada 60
Deletenubuatan demikian! Yang semuanya dipenuhi secara definitif oleh
Yesus dengan segala ajaibnya. Kita cuplikan disini beberapa saja
nubuat mesianis diantara 60 nubuat kolektif tersebut.
Cuplikan pertama, terambil dari nubuat Yakub, bahwa Mesias akan
datang dari keturunan Yehuda, yaitu salah satu anak Yakub (Kej
49:10). Disini Allah sekaligus menyingkirkan kemungkinan Mesias
dilahirkan dari garis keturunan Ismael.
Cuplikan kedua, bahwa Mesias adalah keturunan Daud (2Sam 7:12-
14). Kembali ini menyingkirkan darah Ismael.
Cuplikan ketiga, bahwa seorang utusan lain akan berdampingan
mempersiapkan jalan bagi Mesias. Ia-lah Yohanes Pembaptis (Mal 3:1;
Yes 40:3). Dengan nubuat ini nabi yang datang secara solo
(sendirian), telah disingkirkan dari sosok Mesias.
Cuplikan keempat, bahwa Mesias akan dilahirkan dikota Betlehem (Mi
5:1). Ayat inilah yang dicari-cari oleh raja Herodes karena Mesias-bayi
itu hendak dibunuhnya (Mat 2:13), karena dikhawatirkan mengancam
tahtanya kelak. Dengan nubuat lokasi ini, Allah sekaligus
menyingkirkan kemungkinan Mesias dilahirkan dari Mekah, Roma atau
Jakarta!
Cuplikan kelima, bahwa Mesias dilahirkan dari seorang perempuan
perawan! (Yes 7:14) suatu nubuat yang hanya bisa dipenuhi oleh
hanya satu orang saja diseluruh sejarah dunia!
Dengan demikian, nubuat Taurat yang diklaim dan dicirikan oleh
Muhammad kepada seorang Nabi yang ”ummi” (QS 7:157), pasti
tertelan oleh kepastian nubuat, sambutan para nabi, dan keajaiban
ciri-ciri sosok Sang Mesias yang tidak ada taranya ini! Tanda dan
alamatnya hanya bisa dipenuhi Yesus, tidak menyisakan peluang
apapun bagi pihak lainnya, sekalipun pihak tersebut tidak malu-
malunya mengatas namakan lagi diri Yesus!!
Kini, kelalaian dan ketiadaan pembuktian AHMAD dari pihak Muslim
sendiri malahan menjadi sumber fitnahan seolah pihak Kristiani dan
Yahudi-lah yang menghapuskan kata Ahmad itu dari Kitab-kitab
mereka. Kapankah Yahudi bisa bersekongkol dengan Kristen untuk
duduk semeja mengatur kesepakatan untuk merubah Buku Suci
mereka masing-masing dalam menghadapi Islam? Tidakkah teman
Muslim tahu bahwa Yahudi justru selalu menyanggah bahkan sampai
menganiaya Kristen karena soal Yesus Al-Masih? Dan karenanya,
keduanya saling memasang mata agar Kitab-kitab Suci mereka jangan
sampai dijahili secuilpun oleh pihak lawannya? Jadi tentu saja
penuduhan pihak Islam tentang penjahilan ”Ahmad” itu patut
disesalkan, karena Kitab Suci Allah yang sempat dibenarkan oleh
Quran berkali-kali itu tidak seharusnya dijadikan ajang penfitnahan
yang begitu kotor.