Sebagaimana yang telah kita semua ketahui, pekerjaan Musa as di Madyan adalah sebagai penternak kambing. Oleh kerana pengalamannya yang lama dalam bidang menternak ini, maka tentulah dia termasuk dalam golongan yang pakar dalam menguruskannya. Dan kita semua tahu bahawa peralatan yang utama dalam bidang perternakan dimasa lalui itu adalah TONGKAT.
Dengan tongkatnya itu, Musa as menangani dan mengatur haiwan ternaknya. Kerana itu, tongkat adalah sesuatu yang sangat diperlukan dalam mengurusi pekerjaannya. Dapatlah kita bayangkan betapa pentingnya erti tongkat tersebut buat Musa as. Bahkan, boleh dikatakan bahawa hampir tidak mungkin Musa as hidup tanpa tongkat tersebut.
Barangkali Allah SWT menghendaki kita faham bahawa tongkat Nabi Musa as adalah suatu simbol bagi suatu ikatan tugas yang selalu relevan dengan kekinian. Kerana itulah, ketika kita menyedari tugas kita yang tertentu, maka alat terpentingnya atau tugas itu sendiri adalah se-olah2 seperti tongkat di sisi Musa as.
Kita juga pasti sedar bahawa kita terikat dengan pekerjaan2 kita sedemikian rupa sehingga seakan2 hampir tidak mungkin bagi kita untuk keluar dari ikatan2 tersebut agar dapat masuk ke dalam segolongan umat yang dikehendaki Allah SWT. Mereka tinggalkan sementara pekerjaan2 dunia mereka lalu membentuk rombongan2 dakwah agar mereka dapat menunaikan kehendak Allah untuk menyeru manusia kepada apa saja yang disukaiNya.
Adalah Allah SWT berfirman, "Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung." (QS 3:104)
Sebenarnya hal itu mudah dan sederhana saja. Masalah yang timbul adalah kerana kita tidak tahu caranya. Dalam kaitannya dengan kesibukan kita hari ini, sudah barang tentu tongkat Musa as adalah satu pelajaran yang sangat2 berharga. Iktibar tersebut begitu sederhana, sehingga sudah selayaknya kita (para da'i) mahu memahami maksud yang dikandungnya agar kita dapat membentuk rombongan2 dakwah tersebut. Mari kita lihat bagaimana Allah SWT mengarahkan nabi Musa as dan kemudian terus mentarbiyahkannya.
Allah SWT berfirman, "Hai Musa, sesungguhnya Akulah Allah, yang maha perkasa lagi maha bijaksana, dan lemparkanlah tongkatmu." Maka tatkala Musa melihat (tongkat yang dilemparkannya tersebut) bergerak-gerak seperti seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. "Hai Musa, janganlah kamu takut. Sesungguhnya orang yang dijadikan rasul, tidak takut di hadapan-Ku." (QS 27:9-10)
Demikianlah Allah SWT memberi khabar kepada kita dengan kisah yang penuh hikmah didalamnya. DingatkanNya Musa as untuk tidak takut kepada selainNya hingga dia kembali memegang dan mengambil tongkatnya. Dan diingatkanNya pula kita dengan kisah ini agar kita tidak takut kehilangan alat2 bantu tugas kita. Sebenarnya Allah hendak menjelaskan bahawa Dia Maha Berkuasa Atas Segala Sesuatu.
Ketika Allah SWT menyuruh Musa as melemparkan tongkatnya, Allah SWT berkehendak agar Musa as memiliki keyakinan yang benar bahawa tongkat tersebut ada dalam genggaman Allah SWT. Tongkat (atau alat penting apapun bagi tugas kita) tidak pernah dapat memberikan manafaat sedikitpun tanpa seizin Allah. Bahkan, dengan melemparkan tongkat tersebut, kita akan dapat melihat mudharat yang mungkin terkandung di dalamnya.
Dan ketika kita sedar bahawa bahasa Allah SWT begitu indah dan agung, maka tongkat nabi Musa as itu adalah sebagai simbol agar kita (atau siapapun yang beriman kepada Allah) dapat memiliki yakin yang benar. “Dan lemparkanlah tongkatmu.” Ini memberi makna agar kita ‘melempar’ pekerjaan atau tugas kita dengan cara menjauhkan diri kita untuk sementara waktu agar Allah SWT sendiri dapat memperlihatkan kebesaran dan kekuasaanNya kepada kita.
Namun janganlah pula kita tersalah memahami hal ini, kerana se-kali2 Allah SWT tidak memerintahkan Musa as untuk membuang tongkatnya tetapi Allah SWT hanya memerintahkan agar Musa melempar tongkat tersebut agar dapat diperlihatkan kepadanya sebentuk mudharat (bukan manafaat) dari tongkat tersebut. Selepas itu Musa as telah dititahNya untuk mengambil kembali tongkatNya.
Sekali lagi, Allah SWT tidak memerintahkan Musa as membuang tongkatnya. Dengan cara yang sama, Allah SWT tidak menghendaki kita mencampakkan alat penting bagi tugasan kita ataupun berhenti dari pekerjaan atau perniagaan kita. Dengan kata lain, Allah SWT tidak menghendaki kita membuang perkerjaan kita pada saat perintah dakwah itu sampai kepada kita. Tetapi, Allah SWT menghendaki bagaimana perkerjaan kita tersebut dapat menjadi hujjah bagi dakwah yang hendak kita lakukan sebagaimana Musa as melakukannya di hadapan Fir'aun.
Dan Musa berkata: "Hai Firaun, sesungguhnya aku ini adalah seorang utusan dari Tuhan semesta alam, wajib atasku tidak mengatakan sesuatu terhadap Allah, kecuali yang haq. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israel (pergi) bersama aku." (QS 7:104-105)
Firaun menjawab: "Jika benar kamu membawa sesuatu bukti, maka datangkanlah bukti itu jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang benar". Maka Musa menjatuhkan tongkatnya, lalu seketika itu juga tongkat itu menjadi ular yang sebenarnya. (QS 7:106-107)
Dan ketika kita telah dipilih oleh Allah SWT untuk menjadi duta2Nya atas manusia seluruh alam, maka sudah selayaknya kita tahu bagaimana cara memposisikan tongkat tersebut. Dan ketika kita semakin sedar akan tugas kita sebagai da'i, maka sudah saatnya kita yakin hanya kepada Allah SWT dengan meninggalkan yakin kepada asbab2 kebendaan.
Jika kita bekerja atau berniaga, pun kita yakin bahawa pekerjaan atau perniagaan kita adalah sekadar asbab saja, yakni agar Allah SWT dapat menyampaikan sebahagian khasanahNya kepada kita. Padahal Allah SWT Maha Kuasa. Dia dapat menyampaikan apa saja kepada mahkluk2Nya dengan cara apa sekalipun.
Apabila kita cuti kerja tanpa gaji untuk maksud dakwah (ingat: bukan berhenti kerja), apakah sebulan, dua bulan, tiga bulan, empat bulan atau lebih, sementara Allah SWT sendiri telah menetapkan bahagian yang tertentu bagi kita dari pekerjaan kita, maka pasti dan pastilah Allah SWT akan mengumpulkannya, melipat gandakan nilainya dan kelak mengembalikannya kepada kita pada waktu yang telah ditentukanNya dan dengan cara yang dikehendakiNya.
Dan orang2 yang melapangkan masa untuk maksud dakwah adalah mereka yang sedia ditarbiyah oleh Allah SWT sebagaimana Nabi Musa telah bersedia ditarbiyah. Dan ketika mereka keluar di jalan Allah bagi usaha dakwah, seolah2 mereka adalah seperti Nabi Musa as yang sedang melempar tongkatnya. Dan bukti2 telah jelas di hadapan kita, bahawa siapa saja yang melapangkan masa untuk keperluan dakwah, kelak mereka akan berangsur2 menjadi yakin dengan keyakinan yang benar bahawa Allah SWT berkuasa atas segala sesuatu. Allah SWT berkuasa penuh bahkan atas atasan2 dan pekerjaan mereka dan apa saja yang mereka miliki.
Bila demikian, patutlah bila Allah SWT memuji mereka. "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah." (QS 3:110)
Wallahu a'lam..
No comments:
Post a Comment
JAZAKALLAH KERANA SUDI ZIARAH DAN BAGI KOMEN, INSYALLAH KALAU ADA KELAPANGAN SAYA AKAN BALAS KOMEN TUAN-TUAN.SILA TINGGALKAN E-MAIL / WEBSITE, INSYALLAH.